12. Panjang Bersyukurnya #30HariMenulis
Hari yang panjang. Panjang juga rasa bersyukurnya.
Hari kemarin begitu menyenangkan sekaligus berkesan. Mungkin ketika beberapa tahun ke belakang baca ulang tulisan ini, akan mengingatkan saya betapa serunya cerita yang dibuat.
Jadi penutup akhir pekan yang seru. Apalagi bisa ketemu sama teman-teman Laboratorium Mahasiswa (LabMa) lagi. Saya rasa keputusan untuk menerima menjadi narasumber adalah keputusan yang benar.
Masuk ke auditorium FMIPA, lalu melihat orang-orang menggunakan jasket LabMa dengan muka yang tidak familiar, membuat saya cukup deg-degan ya. Hahaha. Baru ketemu dengan teman-teman pengurus baru, sampai saya bertanya-tanya. “Kamu siapa ya namanya?”, “Angkatan berapa?” “Di divisi apa?”
Ditambah bisa ketemu juga dengan teman-teman kepengurusan lama, yang dulu berjuang bareng di proker dan kepanitiaan. Tidak bisa dideskripsikan betapa membahagiakannya hari kemarin.
Cukup sering kalau mau berangkat ke kampus, liat orang pake jasket dengan bacaan “Muslim Scientist” mau negor cuma bingung, mukanya asing. Jadi saya urungkan. Hahaha.
Terlapas dari itu semua, rasa bahagia bisa melihat organisasi ini terus tumbuh. Bisa terus mendapatkan orang-orang baru yang keren. Bangga pernah menjadi bagian dari LabMa UII.
Talkshow-nya cukup santai, karena moderator juga andal dalam membuat suasana tidak terlalu tegang. Apalagi saya ditemani teman saya berdua di depan, jadi sesekali kalau saya merasa tidak nyaman, saya alihkan dengan mengajak teman saya berbicara.
Etos kerja yang selalu membuat saya kagum tiap kali ada kegiatan acara LabMa, persiapan yang bagus, bahkan tanpa cela.
Merasa tersanjung dengan perlakuan baik dari para panitia membuat saya ingin memberikan segala apa yang saya punya. Apalagi audience yang hadir benar-benar memperhatikan dengan seksama. Bagi saya, 1 jam terasa kurang kalau tau orang-orang yang hadir seperti ini.
Bagi saya sendiri, organisasi yang bisa terus bertumbuh dan eksis dari waktu ke waktu (Setelah pertolongan Allah) paling tidak harus mempunyai budaya atau karakter yang melekat di dalamnya. Dan itu yang membuat LabMa hebat karena berkat tangan dingin para pendahulu yang luar biasa menanamkan budaya dan nilai sehingga bisa turun-temurun.
Saya masih ingat, ketika dulu masih magang, pertama kali terkagum dengan organisasi ini adalah pada saat lagi berjalan acara, tiba-tiba dijeda untuk break sebentar, dan dimulai lagi setelah selesai shalat.
Karena saya pernah mendaftar dan mengikuti agenda organisasi lain, harus mesti izin dulu untuk meninggalkan acara untuk bisa menunaikan shalat.
Menanamkan budaya dan nilai — Ada 2 kata yang melekat, branding dari LabMa, ‘Muslim’ dan ‘Scientist’. Muslim — Segala interaksi di dalam organisasi berlandaskan dengan aturan keislaman, bertingkah laku, cara berpakaian, dll.
Serta kata scientist yang mengarah pada semangat memajukan ilmu pengetahuan dengan penelitian ilmiah, dan berpartisipasi dalam kegiatan sosial melalui pengabdian masyarakat yang teraplikasikan pada proker-proker yang ada.
Aduh bagus banget misi LabMa yang dibuat poin nomor 4, “Menanamkan semangat dalam berilmu amaliah dan beramal ilmiah”
Bukan berarti organisasi ini telah sempurna. Engga. Ada kekurangannya. Tapi niatan untuk terus bertumbuhnya yang dikagumi. Karena yang berbahaya adalah jika sudah merasa puas, akan membuat berhenti untuk bertumbuh, belajar, dan melakukan yang lebih baik lagi.
Kemarin ngobrol sama Sekretaris LabMa periode sekarang, dia bilang kalau yang sulit adalah ketakutan tidak bisa sama, atau tidak bisa lebih baik dari kepengurusan sebelumnya.
Lalu saya bilang, jika setiap periode kepengurusan pasti akan mendapatkan kesulitannya masing-masing. Setidaknya dengan ada pembanding membuat kita jadi semangat buat bisa ngasih yang lebih baik.
Saya pulang, lalu bergumam dalam hati, “aduh tadi seru banget.” Rasanya saya jadi semangat buat banyak belajar lagi, banyak baca, dan nyoba hal-hal lain. Agar suatu saat jika bisa diberikan kesempatan berbagi, saya bisa membagikan banyak hal.
Orang itu bisa ngasih karena dia punya. Orang yang tidak punya tidak akan bisa ngasih.
Saya baru paham kenapa guru saya pernah bilang, “Kalau mendapatkan siswa yang penasaran dan semangat belajarnya, saya jadi berenergi ingin memberikan segalanya apa yang saya punya. Apa yang saya tahu, akan saya bagikan semua ke mereka.”
Lalu diakhir penutupan acara, tidak menyangka kalau dapat plakat sebagai kenang-kenangan. Haha speechless dong mas-mas biasa satu ini.
Kalau masih ada perdebatan, kuliah itu penting atau engga? Saya akan menjawabnya penting banget. Di luar ilmu elektro yang saya pelajari, saya mendapatkan banyak pengalaman berharga, pelajaran kehidupan, dan kebaikan berkat duduk di bangku kuliah.
Memang tidak menjamin kesuksesan, tapi saya kira jika tidak berkuliah, saya tidak akan menjadi diri saya seperti sekarang. Meski masih bukan siapa-siapa dan masih belum menjadi apa-apa. Tapi kalau dikatakan bangga? Saya bangga dengan apa yang sudah saya dapatkan sekarang.
Dan terakhir, pasca pulang dari Talkshow, langsung pergi ke Paralayang, sebagai penutup hari dengan melihat keindahan matahari terbenam. Jadi betapa menyenangkannya hari kemarin.
Tinggal menghitung hari sampai meninggalkan Jogja, malah dibuat betah dengan segalanya yang ada. Jadi berat untuk pergi.
Paling itu aja buat tulisan keduabelas ini.
Panjang umur organisasiku. Jayalah selalu di darat, laut dan udara. Aamiin.
Terima kasih.
Taufan M. Putera
12 September 2022
Ditulis di Yogyakarta tercinta