14. Proaktif Dan Menyakiti Dengan Persetujuan #30HariMenulis
“Tidak ada orang yang dapat menyakiti anda tanpa persetujuan anda” — Eleanor Roosevelt
Pagi tadi saya tuh baca bukunya 7 Habits Stephen Covey, lalu ada kata-kata yang bagus, “Tidak ada orang yang dapat menyakiti anda tanpa persetujuan anda.”
Sejenak saya langsung setuju, dan merenungi kalimatnya. “Bener juga, betapa banyak rasa sakit yang kita alami karena kita yang menyetujui atas rasa sakit tersebut.”
Dari sepenggal kalimat tadi, saya jadi teringat banyak hal. Menarik buat jadi tulisan hari ini.
Contohnya, di bulan lalu, saya dibuat kagum dengan jawaban dari seseorang perempuan, ketika berdiskusi perihal perselingkuhan.
Saya bertanya, “Kalau pacarmu ketahuan berselingkuh, kamu tipe yang akan memberikan kesempatan kedua?
Dia menjawabnya, “Gak lah, ngapain wkwk. Aku masih sayang diriku sendiri.”
Lalu saya lanjutkan, “Meskipun kamu mencintai orang tersebut?”
“I know my worth. Kalau misal dia selingkuh, ya dia rugi wkwk.”.
Kaget juga, karena saya akan mengiranya dia akan menanggapi demikian:
“Ya aku kasih kesempatan, apalagi kalau jadiannya udah lama. Sayang aja kan kalau putus, terus harus mulai lagi dengan orang baru.”
Kalimat ‘I know my worth’. Wow! Saya sebagai pria mendapatkan jawaban seperti itu langsung dalam hati, “Aduh, keren nih perempuan.”
Ibaratkan tuh kayak ngasih tau, “Gua tau ya, kualitas dari diri gua. Lalu semisal dia selingkuh dengan orang yang ternyata lebih down grade dari gue? Dia yang rugi!” hahaha.
Kagum, dia tidak menaruh kebahagiaannya di faktor eksternal, yaitu pacarnya. Saya kira kalau dia bisa mengatakan hal tadi, dia sudah mengenal dirinya sendiri, dan tau kualitas dirinya.
Bagi saya mengagumkan sekali perempuan yang berpikiran terbuka, jernih, bebas, dan independen dalam arti keluar dari kebanyakan kata orang yang bilang kalau: Perempuan kalo udah cinta sama orang, lebih mengedepankan perasaannya.
Jadi inget juga jawabannya Raline Shah pas di Tonight Show, “Aku mau orang yang mau sama aku emang yakin maunya cuma sama aku aja. Jadi kalau dia misalkan memang suka sama perempuan lain, yaudah silahkan. Berarti itu lebih cocok sama dia. Dan aku gamau harus maksa-maksa dia buat sayang sama aku lagi.”
Kesamaan dari jawaban keduanya: mereka menyadari jika punya kendali penuh untuk menyetujui atau tidak, untuk orang lain bisa menyakiti diri mereka.
Ini yang sedang coba saya belajar dan ingin saya coba terapkan dalam kehidupan saya.
Saya seneng, ternyata hal tadi bisa connecting the dots dengan kebiasaan pertama di buku 7 Habits: soal Proaktif.
Coba kita ulas:
Mengenai Proaktif
Proaktif sederhanya adalah bertindak. Bermakna lebih dari sekadar mengambil inisiatif.
Sedangkan reaktif adalah menunggu. Ga berinisiatif. Cenderung menjadikan dirinya korban.
Di bukunya, Stephen Covey bilang, “Orang yang sangat proaktif, mereka tidak menyalahkan keadaan, kondisi, atau pengkondisian untuk perilaku mereka. Perilaku mereka adalah hasil dari pilihan sadar mereka, didasarkan pada nilai-nilai, bukan hasil dari kondisi mereka yang berdasarkan perasaan.”
Apa yang terjadi pada diri kita adalah atas persetujuan kita, inilah yang menyakiti kita jauh lebih besar daripada apa yang sebenarnya terjadi terhadap kita.
Sesederhana seperti kena revisian mulu, kalau dipikir-pikir ya tragedi yang terjadi sebenarnya ya ‘revisi aja’, tapi reaksi kita terhadap hal tersebut yang berlebihan. Seperti stres, galau, nangis-nangis, bilang dunia jahat, ngatain dosen aneh, dll. Haha.
Kalau kata mas Henry Manampiring (penulis buku Filosofi Teras), “Bukan apa yang menimpa diri kita, tetapi respons kita terhadap apa yang menimpa kitalah yang menyakiti kita.”
Stoik dan Proaktif
Pas baca bukunya 7 Habits, Proaktif agak-agak mirip dengan stoikisme ternyata.
Kalau stoikisme bilang, terdapat 2 dikotomi kendali:
- Dimensi Internal
Segala sesuatu yang berada di dalam kendali kita; pikiran, tindakan, respon dan opini. - Dimensi Eksternal
Segala sesuatu yang di luar kendali; respon orang lain, tanggapan orang lain, penilaian orang lain dan perilaku orang lain terhadap kita.
Di bukunya Stephen Covey, menggunakan kata Lingkaran Kepedulian dan Lingkaran Pengaruh:
- Lingkaran Pengaruh (dapat dikendalikan)
Memfokuskan tindakan dan usaha yang bisa kita kendalikan. Seperti membenahi hal-hal yang dapat kita perbaiki, sikap, perilaku, respon kita. - Lingkaran Kepedulian (ada dan tidak dapat dikendalikan)
Ada beberapa hal seperti kesehatan, anak-anak, utang negara, perang nuklir. Dapat memisahkan dari hal-hal yang tidak melibatkan kita secara mental ataupun emosional.
Contoh:
*Mau pergi.*
Stimulus: Cuaca hujan
Respons orang yang proaktif dia akan menggunakan mantel untuk bisa tetap pergi.
Respon orang yang reaktif dia akan menyalahkan kondisi hujan, moodnya turun, dan orang-orang sekitarnya jadi kena imbas dari badmood-nya.
Dengan memilih respons terhadap suatu keadaan, kita bisa dengan kuat mempengaruhi keadaan itu.
Berdamai dengan masa lalu
Hari ini, akhirnya saya memberanikan diri untuk mengucapkan terima kasih kepada seseorang yang berkatnya saya jadi banyak belajar. Sempat trauma, dan takut dengan kejadian dua tahun lalu.
Sekaligus meminta maaf atas kesahalan yang saya perbuat.
Bahwa sekarang sudah lega, pelan-pelan mulai biasa aja. Padahal lukanya emang berasal dari penyebab saya sendiri akibat dari menaruh ekspektasi di faktor yang tidak bisa saya kendalikan. Karena saya menyetujui respon dia untuk menyakiti saya.
Emang kadang Allah ingin kita dipertemukan atau dibuat punya urusan sama seseorang agar kita bisa menjadi lebih bijaksana.
Jadi belajar, pentingnya untuk segera mengakui dan memperbaiki kesalahan kita sehingga kesalahan itu tidak mempunyai kekuatan atas situasi berikutnya dan kitapun memiliki kekuatan untuk bisa berkata, “yaudahlah ya..”
Hehehe.
Terima kasih jikalau sudah membaca dan mengikuti sampai hari keempatbelas ini. Semoga senantiasa bahagia dan baik-baik saja. Aamiin.
Taufan M. Putera
14 September 2022
Ditulis di Yogyakarta tercinta