16. Semua Orang Berubah #30HariMenulis
People come and go, but the good memories they leave behind will be there forever.
Satu kenyataan yang pada akhirnya saya harus terima? Yaitu setiap orang akan berubah.
“Lo berubah ya sekarang?”
“Beda banget ya lo sekarang”
“Dulu padahal dia ngomong gini, sekarang beda”
Saya orang yang masih suka meromantisasi masa-masa SMA, gimana engga, 3 tahun dihabiskan bersama teman-teman dengan banyak ketawa-tawa, foto, video dan kenangan yang tercipta.
Apalah itu gabung Osis, masuk PMR dan lain sebagainya hahaha. Prestasi bagi saya adalah 3 tahun di SMA menghabiskan waktu dengan mereka. Tidak ada yang disesali.
Alhamdulillah, beberapa masih suka ketemu tiap kali saya pulang. Masih suka mengadakan acara juga. Hubungan memang perlu ada usaha dari kedua belah pihak untuk menjaganya.
Sekarang sudah 5 tahun dari lulus sekolah, kilas balik ke belakang janji-janji yang dulu pernah diucapkan bersama, “Nanti kalau lulus jangan lupa meluangkan waktu untuk bersama ya.” Beberapa ada yang ditepati, ada juga yang hanya sekadar janji.
Dulu saya bisa kecewa kalau ada teman dekat yang berhasil mendapatkan momen penting dalam hidupnya, entah itu mendapatkan pekerjaan, atau menjalin hubungan dengan seseorang, dan saya menjadi orang terakhir yang tau kabarnya.
“Parah kok elu kok ga cerita?”
“Bisa-bisanya elu baru ngabarin sekarang?”
Terakhir di bulan Mei saya datang ke sekolah SMA saya, dan benar-benar banyak perubahan. Bagus banget. Hampir tidak mengenali. Lapangan dengan model baru, area pintu masuk di aspal bagusin semua, diberikan banyak tanaman-tanaman, dan bertambahnya bangunan-bangunan baru.
Sembari memandangi tiap sudut yang ada di hadapan saya, terlintas bayangan kenangan masa-masa SMA dulu. Lalu saya mendapati kesimpulan,
“Pertemanan ternyata seperti halnya sekolah: bangunan, pengajar, dll ikut berubah. Seiringnya waktu mereka bertumbuh dan berubah ke arah lebih baik lagi. Cuma satu yang masih tetap sama, kenangan yang pernah tercipta di dalamnya.”
Semua orang akan berubah. Semua orang itu bertumbuh. Begitu pun dengan saya. Kalau ternyata saya masih menjadi manusia yang sama pada saat saya SMA, berarti ada yang salah dari saya saat menjalani kehidupan. Saya ga kemana-mana. Ga melakukan apa-apa.
Jadi tidak masalah teman yang dulu begitu dekat, sekarang menjadi biasa-biasa aja, atau bahkan asing. Tidak masalah juga jika menjadi orang yang nomor sekian baru tau mengenai kabar terbarunya. Masing-masing orang karena sudah mempunyai prioritas yang berbeda, pola pikir yang berbeda, pandangan yang berbeda, dll.
Belum lagi kalau ada teman yang udah punya pacar. Kadang suka dibenturkan kalau ada acara. Sebagian memilih buat menghabiskan waktu dengan pacarnya. Terus respon saya harus gimana? Mengemis-ngemis agar dia memilih waktu dengan saya? Bilang ke dia, kalau dia berubah? Bilang ke dia, kalau dia udah ga asik lagi?
Itu hanya menunjukkan ketidakberdayaan saya.
Saya belum pernah aja mendapati situasi pacaran kayak teman saya tadi, mungkin kalau di situasi yang sama, bisa saja saya akan melakukan hal yang sama kayak dia.
Perubahan itu bagian dari kehidupan.
Kata-kata mas Pandji Pragiwaksono:
“Yang paling konsisten dalam kehidupan adalah perubahan.”
Saya pun menanamkan ke diri saya sendiri. Suatu saat jika mereka datang meminta bantuan, selama saya bisa, bakal saya bantu.
Bukan soal menanyakan balik, dan mencecarnya dengan pertanyaan:
“Kemana aja selama ini?”
“Dateng pas butuhnya doang?!”
Tega banget kalau ada seperti itu.
Ya.. mungkin kalau waktu yang terdekat ini, dengan teman-teman di perkuliahan. Jadi seharusnya tidak perlu kaget jika nanti polanya sama dengan ketika dulu SMA.
Akan selalu ada musim-musim baru dalam kehidupan kita.
Musim hidup yang mana ketika dulu sekolah, berkuliah, bekerja, menikah, dan mempunyai anak.
Kalau kata-kata yang familiar sering kita dengar, “Setiap orang ada masanya, dan setiap masa ada orangnya.” Benar adanya itu.
Yang sulit adalah menjaga dari setiap musim yang berganti dengan orang yang sama.
Seharusnya dengan mengetahui hal tersebut, membuat kita jadi ga berat buat bilang ‘ya udah’, jadi lebih menghargai pertemuan, mensyukuri hal yang ada saat ini, dan menjaga hubungan dengan orang yang pantas untuk dijaga. Bukannya takut, malah jadi tidak bersosialisasi.
People come and go, and I hope there will be people who come and stay untill the end.
Tulisan ini akan ditutup dengan self talk:
“Hai Topan kamu itu ga spesial-spesial amat ya di hidup orang, kecuali di mata orang yang sayang sama kamu. Tapi tetap selalu hargai pertemuan dengan siapapun. Tulus dalam berinteraksi. Jadikan setiap orang penting dalam hidupmu. Ga perlu menuntut apa-apa dari orang lain. Kamu punya diri ini yang tidak pernah meninggalkan kok. Tsahhh~”
Terima kasih.
Taufan M. Putera
16 September 2022
Ditulis di Yogyakarta tercinta