22. Tidak Melulu Mengenai Uang #30HariMenulis
Jika ada satu hal penting yang saya dapatkan, di dua tahun kepengurusan LabMa adalah kerja itu bukan hanya untuk kemajuan organisasi, tapi buat diri kita sendiri.
Selasa malam kemarin ketemu dengan teman-teman Panitia Harian (PH) LabMa pengurus 2022, saya dan beberapa teman datang sebagai Dewan Penasihat Organisasi (DPO). Cerita-cerita soal apa aja yang sudah mereka lakukan selamat tiga bulan kemarin (Triwulan II), dan apa-apa yang ingin dikerjakan ke depannya.
Kami selesai sampai jam 11 malam. Kami berfoto-foto, ketawa-ketawa, dan saling mengucapkan ucapan terima kasih. Bagi saya momen di mana bisa kumpul, dan ketemu orang seperti mengisi energi menjadi penuh haha.
Mendadak saya teringat dengan diri saya dan teman-teman juga pada saat keadaan yang sama dulu jadi PH, setiap triwulan harus melaporkan kemajuan ke para mas dan mba DPO. Teringat kembali masa-masa dulu ketika masih berstatus anggota.
2 tahun di LabMa, ketemu dengan orang-orang yang lebih pinter, lebih keren, dan lebih jago, membuat saya banyak belajar dari mereka, dan bersyukur bisa melihat bagaimana cara mereka bekerja. Tidak bisa dipungkiri, hal-hal semacam ini tidak dapatkan di dalam kelas. Ini yang mahal, lingkungan yang baik akan memberi kita pengaruh baik juga.
Jika ada satu hal penting yang saya dapatkan, di dua tahun tersebut adalah kerja itu bukan hanya untuk kemajuan organisasi, tapi buat diri kita sendiri.
Sejujurnya, manusia itu akan bergerak berdasarkan asas keuntungan. Apa yang membuat kita merasa untung akan kita lakukan, jika tidak memberikan keuntungan, maka akan kita tinggalkan. Ini normal, ga masalah.
Kembali lagi, tergantung preferensi tiap orang, keuntungan apa yang dimaksud? Uang, rasa puas, pencapaian, atau apapun itu.
Masuk ke organisasi, daftar kepanitiaan, atau gabung volunteer itu membuat kita dilatih mengerjakan sesuatu yang emang ga ada uangnya.
Keliru jika setiap mengerjakan sesuatu yang dicari pertama adalah ada uangnya atau engga. Seharusnya dengan label sebagai ‘mahasiswa’ membuat kita lebih memprioritaskan pengalaman, belajar, dibandingkan hanya uang semata.
Berpikir jika sayang aja banyak kesempatan lewat, cuma gara-gara ga ada uangnya.
Saya menyakini jika sejak masih muda sudah mempunyai mental, dan mindset bahwa keuntungan tidak harus melulu ada uangnya. Melihat suatu pekerjaan, atau tugas menjadikan kesempatan untuk bertumbuh, memperkaya, dan memperkuat diri sendiri.
Besarnya kepanitiaan yang kita pegang jadi kesempatan tempat kita cari pengalaman, mendapati ketua yang perfeksionis kesempatan membuat kita memperbesar kapasitas diri, dan anggota yang pasif berkesempatan untuk kita melatih kemampuan kepemimpinan.
Bahkan, sebagian kita mungkin pernah mengerjakan suatu acara, jangankan mendapatkan uang, malah justru mengeluarkan uang. Tapi bukankah, ada rasa kepuasaan tersendiri ketika tugas tersebut berhasil terlaksanakan?
Waktu saya dikasih kesempatan buat jadi pewawancara PMB LabMa tahun kemarin, di akhir setiap orang yang saya wawancarai selalu saya berpesan begini. (Kebetulan record zoom-nya masih lengkap ada di folder laptop haha.)
“LabMa memang harus diperjuangkan sebegitunya. LabMa ga memberikan kita uang. LabMa ga membuat kita kaya. Tapi LabMa memberikan kita tempat bertumbuh, tempat kita bisa belajar, tempat mencurhakan segala ide, dan dari itu semua yang akan kita peroleh adalah rasa bangga terhadap sesuatu yang kita kerjakan, dan banyaknya pengalaman yang kita dapatkan.”
Kata-kata yang masih saya pegang hingga hari ini dari direktur LabMa 2020, mas Afifudin ketika dulu menyemangati soal LSF:
“Semoga lelahnya menjad lillah.”
Seolah-olah saya menafsirkannya dengan, “Kamu capek, emang ga ada balasan uangnya, tapi ini kamu melakukan untuk kebermanfaatan kamu, dan bisa jadi orang lain bisa juga terbantu dengan apa yang kamu kerjakan, semoga pahala menjadi balasan yang terbaiknya.”
Dalem banget. Bisa digunakan segala konteks. Semoga suatu saat Allah mempertemukan saya lagi dengan beliau. Aamiin.
Aduh, kalau ditanya siapa pemimpin yang menginspirasi saya?
Saya akan menjawabnya lantang, salah satunya adalah beliau.
Ini yang sering dibilang sama pak Handry Satriago:
“The job of a leader is to create another leader”.
Yes, he did it. Sepeninggal beliau, saking bagus kepemimpinannya sampai beberapa dari kami enggan dan minder untuk mengisi kursi sebagai Direktur. Hahaha.
Balik lagi ke pembahasan. Dengan mempunyai pola pikir seperti tadi, kerja itu bukan hanya untuk kemajuan organisasi, tapi buat diri kita sendiri.
Mungkin akan mendapatkan pertanyaan: Lah, lalu kita mendapatkan apa kalau bukan uang? Setelah banyaknya kita memberi?
Mendapatkan..
Pengalaman. Pola pikir. Belajar mengambil keputusan. Bertumbuh. Cara mengkondisikan orang. Belajar kepemimpinan. Berpikir kritis. Makin jago cara presentasi. Berani untuk tampil. Melatih kemampuan menahan beban. Melatih rasa tanggung jawab. Menambah pertemanan. Mengasah kreativitas. Menumbuhkan rasa empati. Punya banyak sudut pandang. Mental yang kuat. Daya tahan yang bertambah. Semakin pintar. Belajar berkomitmen. Menjadi tangguh. Kemampuan beradaptasi. Ga takut berbuat salah. Mempelajari skill baru. Semakin cekatan.
Banyak banget kan?
Saya rasa dengan menyadari hal tersebut, akan mengubah cara bagaimana kita tiap kali mengerjakan sesuatu. Jadi lebih seneng, ga ngeluh, bertenanga dan lebih ceria menjalaninya.
Terakhir, ini pesan dari mas Afif, 13 Desember 2020, ketika hari puncak LSF. Si paling words of affirmation paling lemah kalau udah dibuat kata-kata begini. Hehehe.
Terima kasih.
Taufan M. Putera
22 September 2022
Ditulis di Yogyakarta tercinta