Kesusahan Yang Sama

Taufan Maulana Putera
4 min readMar 12, 2022

--

Skill kehidupan yang menurut saya penting; bisa memaknai setiap kejadian.

Photo by Satria Hutama on Unsplash

Pagi tadi saya tidak cukup mujur, pergi ke gerai ATM untuk tarik tunai dan takdir Allah ATM saya tertelan. Panik karena ini kali pertama, lalu saya tidak membawa handphone yang sengaja saya tinggalkan di kosan. Saya sempat menekan semua tombol-tombol yang ada di mesin ATM, berharap agar tiba-tiba kartu saya keluar. Dan ternyata tidak.

Saya melihat ke kiri dan ke kanan barangkali di kaca ada informasi layanan jika terjadi sesuatu yang tidak mengenakan. Dan saya dapati nomor layanan call centernya. Di layar ATM-nya blank putih, dengan bacaan “ATM eror bla..bla”

Saya mengela nafas panjang, karena saya harus ke kosan lagi menggunakan sepeda yang cukup lumayan jauh jaraknya jika harus menggowes. Dan saya pulang ke kosan bergegas dengan cepat, dan membawa handphone saya. Lalu saya datang lagi ke gerai tadi (berharap ATM saya keluar). Dan layar monitor ATM kembali normal tidak putih seperti ketika terakhir saya tinggal pergi, namun tidak ada indikasi kartu yang keluar.

Alhasil saya keluar dari dalam ATM, dan masih berada di luar sekitar ATM untuk mencoba telepon call center bank. Dan hal yang luput saya lakukan, yaitu cek pulsa sebelum menelepon.

Sudah laporan, verfikasi data pemilik kartu, tinggal dikit lagi selesai, tiba-tiba putus karena pulsa saya habis.

Tidak nyerah, meski ATM tertelan masih bisa transaksi menggunakan mobile banking buat pembelian pulsa. Karena buru-buru, kelupaan untuk baca, pulsa yang masuk tidak cukup lagi, salah beli paketan telepon, pulsa telepon habis karena menyedot sisa pulsa pembelian paket telepon tadi.

“Aduh..” dalem hati saya. Ini jadi makin tidak enak sama mba-mba customer service kalau gini, dikiranya saya bercanda kali. Hahaha.

Saya memutuskan pulang dulu ke kosan, terus menenangkan diri dan mencoba untuk pembelian pulsa lagi dan mengubungi CS-nya. Alhamdulillah, upaya kali ketiga ini berhasil untuk pemblokiran kartu.

Pelayanan customer service yang luar biasa dan adanya teknologi yang memudahkan (mobile banking).

Pagi ini cukup berantakan, ada beberapa agenda yang sudah tersusun harus rela saya lewatkan, karena saya lebih lama menghabiskan waktu di luar dibandingkan memenuhi agenda tersebut.

Tapi saya tidak kesal, tidak menyalahkan siapa-siapa, karena kejadian ini di luar harapan dan kehendak saya. Yang bisa saya kehendaki adalah respon atas kejadian ini.

Cuma pagi ini saya laper. Niatnya mau sarapan juga di Tansu (Ketan Susu tempat yang direkomendasikan kalau lagi di Pare) saya batalkan.

Alhamdulillah, ada di kantong masih tersisa 7 ribu jadi saya masih dapat beli roti untuk mengganjal perut.

Saya beranikan diri chat ibu kos, barangkali sekiranya lagi ada di rumah (kebetulan kami satu bangunan tempat tinggalnya) untuk menanyakan apakah ada uang cash, nanti uangnya saya ganti melalui transfer.

Ibunya jawab pesan WhatsApp saya, “Ada mas, tapi maaf mas saya lagi di sekolah (beliau guru), pulang nanti jam 16.30.”

Dalem hati saya, “waduh lama bener sampe sore.” Akhirnya saya jawab, “Ya bu gapapa nanti saya tunggu.”

Saya pikir saya sanggup, ternyata jam 1 siang saya sudah laper dan saya tidak ingin menyiksa diri. Dan memang sebenarnya transaksi non kartu bisa dilakukan di Indomaret juga, cuma jauh banget. Tapi usus di perut sudah berteriak kelaparan, saya coba lakukan transaksi non tunai via Indomaret dan berpakaian rapih untuk keluar kosan menuju Indomaret.

“Ga masalah jauh, dari pada ga makan.” Ujar saya.

Takdir Allah, ternyata di luar angin kenceng banget dan hujan besar. Jadi saya mengurugkan niat saya pergi, dan memutuskan untuk tetap di kamar dengan mencoba mengerjakan hal lain untuk mengalihkan rasa laper ini.

Haha rasa laper saya kalah dengan keadaan.

Tapi ini benar, dua hal yang berbeda: Tidak makan karena berniat puasa, pasti Allah akan jaga dan beri kekuatan untuk sanggup tidak makan seharian sampai berbuka. Dibandingkan dengan memang yang tidak berniat puasa, lalu sengaja tidak makan itu kerasa banget lapernya.

Sampai jam 5 ibunya belum mengabari jika sudah sampai rumah, saya menunggu beliau mengirimi pesan duluan karena saya orangnya tidak enak takut beliau kelelahan pulang sekolah dan merasa terganggu.

Lalu saya memberanikan diri kirim beliau pesan lebih dahulu, “ibu maaf apakah sudah di rumah?”. Dan saya memutuskan jika nanti habis maghrib tidak ada respon, lebih baik saya transaksi via Indomaret saja.

Karena lama tidak ada balasan, abis shalat maghrib selesai saya meluncur naik sepeda ke Indomaret. Di pertengahan jalan, saya mendapati balasan, “Sudah mas”.

Sambil mengayuh sepeda, mulut saya bergumam, “oh Alhamdulillah yaudah gapapa, bisa jadi cadangan kalau semisal di Indomaret ga bisa.”

Akhirnya saya tiba di Indomaret dan Alhamdulillah berhasil untuk melakukan tarik tunai non kartu. Seneng karena saya jadi ga bergantung dengan ibu kos, dan tidak merepotkannya.

Saya langsung cari tempat makan. Dan bagi saya ketika tadi makan pas suapan pertama adalah paling nikmat karena menahan lapar seharian. Dan bersyukurnya saya masih dikasih rezeki buat makan. Rasa senengnya kayak orang pas buka puasa gitu. Hahaha.

Saya jadi bersyukur, kesusahan yang dialami hanya perihal butuh tempat pengambilan uang. Saya jadi membayangkan jika di luar sana orang-orang yang kelaparan, kesusahan yang dialami tidak hanya perut yang lapar, melainkan uangnya yang tidak ada.

Kesusahan yang dialami sama; sama-sama lapar. Bedanya yang satu diberikan kebebasan untuk memilih makan apa, dan yang satu tidak bisa bebas memilih makan karena tidak ada uangnya.

Tidak memposisikan siapa yang lebih baik, karena keduanya kelak akan tetap sama-sama dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah.

Lalu saya teringat perkataan dosen saya,

“Jangan merasa ketika diberikan kesusahan lalu mengira hidupnya yang paling menderita. Di luar sana banyak yang lebih susah dan menderita dari kita. Jadi dengan mengetahui hal tersebut kita menjadi lebih kuat dan bersyukur.”

Tinggal jauh dari orang tua, membuat saya lebih menghargai betapa berharganya uang dan makanan. Dulu sebelum tinggal sendiri, karena merasa dekat, karena merasa aman ada mereka, jadi suka menyepelekan.

Salah satu keputusan terbaik dalam hidup, ketika saya memutuskan berkuliah jauh dari orang tua. Banyak pelajaran yang saya dapatkan.

Kejadian hari ini membuat saya jadi lebih bersyukur dengan keadaan yang dimiliki sekarang, dan berkat pertolongan Allah saya juga dapat memaknai kejadian ini.

Terima kasih.

Taufan Maulana Putera
12 Maret 2022
Ditulis di Pare, Kediri

--

--

Taufan Maulana Putera
Taufan Maulana Putera

Written by Taufan Maulana Putera

Insinyur elektro yang lebih suka hal lain dibandingkan keelektroan.

No responses yet