Seorang Perempuan dan Pameran Kesenian
Artjog lukisannya indah-indah, namun jika senyummu di sejajarkan dengan segala apa yang ada di sana; aku rasa keindahan senyumanmu tidak ada tandingannya.
Kau tau? Aku menuliskan secarik kertas di buket bunga di hari wisudamu mengenai Artjog, itu hanya bersumber dari apa yang aku lihat foto-fotonya melalui Instagram. Aku belum mendatanginya secara langsung.
Lalu kemarin Sabtu, aku datang ke Artjog ingin membuktikan secara langsung jika apa yang aku tuliskan adalah benar.
Aku berkesimpulan, dan mengatakannya sekali lagi bahwa:
Artjog lukisannya indah-indah, cuma jika garis lengkung senyummu di sejajarkan dengan segala lukisan yang ada di sana, sepertinya aku akan lebih memilih memandangi indahnya senyummu.
Padahal aku sudah tau, melihat senyummu membuatku tidak nyaman, yang berakibat dengan jantungku berdetak secara tidak normal.
Senyummu menjadi candu, membuat aku terbang, meski aku tak memiliki sayap.
Kau harus tau bahwa, betapa rapuhnya aku saat menatap senyumanmu itu.
Semakin bertambah usiaku, semakin sedikit rasa tertarik terhadap sesuatu. Hingga pada akhirnya, entah bagaimana dipertemukan dengan seorang perempuan yang segala hal mengenai dirinya, aku menjadi orang yang paling tertarik.
Maka ini adalah pameran lukisan pertama yang aku datangi. Ternyata menyenangkan juga, merupakan hal baru yang belum pernah aku coba sebelumnya. Selagi masih ada waktu tersisa di Jogja, aku bertekad akan mendatangi beberapa pameran lagi ke depannya.
Aku tidak tahu bagaimana menjelaskan ini. Tapi jika ada orang lain yang bercerita mengenai sama tertariknya mereka terhadap pameran kesenian atau sesuatu apapun, mungkin aku akan bersikap biasa saja. Namun jika kau yang berbicara rasanya berbeda.
Perasaan ketika kau menyukai seseorang..
Maka kau akan tiba-tiba memutar lagu seperti yang ia putar juga. Atau tiba-tiba jadi suka memotret awan. Atau barangkali berfoto menggunakan 4 tata letak di Instagram. Kau akan tertarik dengan segala hal yang ia biasa lakukan.
Ketika kau menyukai seseorang, meski tidak berani untuk menghubungi duluan, hanya dengan melihat namanya sedang online di sosial media saja sudah membuat bibirmu tersenyum tidak karuan.
Ketika kau menyukai seseorang, dalam keadaan lelah karena padatnya aktivitas. Atau tubuh terasa lemas karena mendapati revisi dari dosen pembimbing tanpa henti. Namun, seketika itu berubah sesaat kau melihat dia, atau dia menghubungimu. Kau dengan tiba-tiba akan bangkit menjadi orang yang paling kuat dan bersemangat.
Ketika kau menyukai seseorang, tidak memikirkan soal sudah berapa banyak teori public speaking yang dibaca, banyaknya jam terbang menjadi mc atau moderator. Kau akan mendadak lupa, karena bertemu dengannya jauh lebih gugup dan mencemaskan.
Lidahmu tiba-tiba kelu tidak bisa berbicara, seperti terkena hipnotis yang membuatmu bingung ingin melakukan apa. Pipimu memerah, dan ingin kau sembunyikan agar dunia tidak tahu perasaan malumu.
Ketika kau menyukai seseorang, kau tidak akan peduli dengan siapa orang tersebut, latar belakangnya, anaknya siapa, fakultasnya apa, semester berapa, apa kelebihan dan kekurangannya. Semua sudah termasuk resiko yang ada, karena kau hanya menyukai dirinya, bodo amat perihal yang lain.
Setelah bertemu denganmu, aku menjadikan hari terbaikku adalah hari di mana aku bisa mengenalmu.
Aku menyukai segala apa pun, selama itu darimu.
Setelah pulang dari Artjog, aku membawa perasaan bahagia tadi sampai tibanya di rumah, kubawa masuk, dan aku taruh di samping untuk menemaniku tidur. Sembari menatap langit-langit kamar, aku berpikir ternyata kau serupa halnya lukisan-lukisan yang berada di sana; aku hanya mampu menikmati indahnya, namun tidak bisa memilikinya.
Aku menemukan kau, disaat aku sedang merasa kesepian yang paling mendalam. Sosok perempuan pemilik senyuman yang mampu membunuh sepi, dan membuat ramai isi kepala.
Kau tahu? Aku lebih dulu menyukaimu, sebelum mengetahui kau sudah memiliki seorang kekasih. Padahal perjalananku menyukaimu baru saja dimulai, masa aku harus merelakan cerita tentangmu usai begitu saja?
Nasib..nasib.. Setelah 4 tahun berkuliah baru sekali ini aku mendapati seseorang yang rasa-rasanya ia seperti ditakdirkan untukku, namun ternyata sudah ditakdirkan untuk orang lain.
Mendapati seseorang yang membuatku tidak takut melangkah di dunia, karena senyumannya mampu mengkokohkan langkah kaki ini.
Mendapati seseorang yang selalu ingin kudengarkan segala cerita tentangnya, meski harus mendengarnya dari orang lain.
Mendapati seseorang yang aku selalu mengkhayalkan bisa menghabiskan waktu bersama, dan cara-cara untuk bisa membahagiakannya.
Mendapati seseorang yang membuatku lupa bagaimana rasanya patah hati, dan sakitnya penolakan. Karena semenjak mengenal dia, yang aku ketahui hanyalah perasaan-perasaan bahagia.
Terakhir, untukmu perempuan yang bisa diajak berbicara mengenai apa saja, kecuali matematika dan olahraga. Terima kasih karena telah baik, tolong tetap izinkan aku menyukaimu sampai entah waktunya kapan. Biarkan si keras kepala ini menyerah juga nantinya.
Aku rasa, kekasihmu tidak perlu khawatir denganku, aku tidak akan bertindak kurang ajar untuk merebut kebahagiaannya.
Terucapkan banyak doa-doa baik atas hubungan kalian ya.
Terima kasih.
[Jurnal Vol.2]
Taufan M. Putera
17 Agustus 2022
Ditulis di Yogyakarta tercinta